Back to Writing
Self-Development

Efek Kupu-Kupu dalam Hidup

Dany Akmallun Ni'am
Dany Akmallun Ni'ammas mas jawa
Efek Kupu-Kupu dalam Hidup

Efek Kupu-Kupu dan Biaya Peluang

Setiap keputusan kecil yang kita ambil hari ini, seaneh atau sepele apa pun bentuknya, Itu semua berpotensi akan merubah jutaan kemungkinan di masa yang akan datang. Pertama kali mendengar kata-kata tersebut, saya berpikir kembali. Apakah ketika saya menulis tulisan ini adalah hasil dari efek keputusan saya di masa lampau? Mungkin saja iya, haha. Ini yang disebut sebagai Efek Kupu-Kupu (Butterfly Effect). Sebuah kepakan sayap kecil di masa lalu yang entah bagaimana caranya, menggiring saya ke titik ini, di depan layar, merangkai kata-kata ini. Halaman Kosong - Masa Depan Kesadaran ini, jujur saja, terkadang terasa berat. Jutaan kemungkinan itu bukan hanya konsep abstrak, tapi pilihan-pilihan nyata yang kita matikan setiap detiknya.

Misalnya, aku memilih untuk menulis tulisan ini. Siapa tahu dari sini muncul kesempatan, ide, atau bahkan versi diriku yang lebih baik di masa depan. Dan kalau dipikir, keputusan ini juga hasil dari keputusan-keputusan lamaku, Pilihan untuk belajar, untuk memperbaiki diri, untuk mencoba lagi setelah gagal.

Mungkin beginilah butterfly effect bekerja. Satu kepakan kecil di masa lalu yang pelan-pelan membentuk badai besar di masa depan.

Tentang Biaya Peluang

Kesadaran itu kemudian menuntunku pada satu konsep dalam ekonomi yang terdengar sederhana tapi sebenarnya mendalam opportunity cost atau biaya peluang. Teorinya bilang, setiap pilihan punya harga. Karena kita manusia, dan waktu kita terbatas, kita tidak bisa mengambil semua peluang sekaligus.

Halaman Kosong - Masa Depan

Saat aku memilih untuk belajar di akhir pekan daripada ikut nonton konser, sebenarnya aku sedang “membayar” pengalaman itu demi sesuatu yang lebih berharga buat diriku sendiri. Pilihan itu tidak salah atau benar, hanya soal nilai apa yang sedang aku kejar. Belajar memberi dampak jangka panjang, konser memberi kesenangan sesaat.

Dua-duanya punya makna, tapi tidak bisa diambil bersamaan. Hidup memang seperti itu selalu ada yang harus dilepas agar sesuatu yang lebih besar bisa tumbuh.

Belajar dari Kesalahan

Seiring waktu, aku menyadari bahwa setiap keputusan, sekecil apa pun, sedang menulis masa depanku. Dan aku mulai menuntut diri sendiri untuk berpikir lebih dalam sebelum melangkah. Aku sudah terlalu sering mengambil keputusan tergesa-gesa dan menyesal di belakang.

Tapi mungkin penyesalan juga bagian dari proses untuk jadi bijak. Tanpa kesalahan, aku tidak akan belajar tentang batas diriku sendiri. Ada masa-masa di mana aku merasa semua usahaku sia-sia, tapi sekarang aku paham semua itu batu pijakan yang membentuk versi diriku hari ini.

Kadang, yang dulu aku anggap kegagalan ternyata cuma bentuk latihan dari semesta agar aku siap menghadapi yang lebih besar.

Nasihat dari Sun Tzu

Sampai akhirnya aku membaca kembali salah satu nasihat legendaris dari panglima besar asal Tiongkok, Sun Tzu, yang katanya hampir selalu menang dalam peperangan:

Jika kau mengenali dirimu sendiri dan juga musuhmu, niscaya kau akan menang dari seratus pertempuran

Halaman Kosong - Masa Depan

Kata-kata itu tidak cuma soal perang, tapi juga tentang hidup. Mengetahui diri sendiri adalah strategi tertinggi yang bisa dimiliki manusia. Karena ketika kita tahu siapa kita, apa kekuatan kita, di mana kelemahan kita, apa yang sebenarnya kita cari dan pada akhirnya kita bisa mengambil keputusan yang selaras dengan arah hidup kita. Kita berhenti ikut-ikutan orang lain, berhenti membandingkan perjalanan sendiri dengan milik orang lain yang jalannya bahkan berbeda medan.

Mengenal Diri dan Kedewasaan

Mengetahui diri sendiri juga berarti tahu kapan harus maju, kapan harus mundur, kapan harus istirahat. Tidak semua hal perlu diperjuangkan, tidak semua peluang layak dikejar. Kadang bijak bukan berarti berani mengambil semua kesempatan, tapi tahu mana yang harus dibiarkan lewat.

Karena di situlah letak kedewasaan: memahami bahwa tidak memilih pun, tetap sebuah pilihan.

Penutup

Kini aku memandang setiap hari seperti halaman kosong yang bisa kutulis sesuka hati. Setiap keputusan kecil entah membaca buku lima menit, menunda amarah, atau menolak sesuatu yang tidak penting adalah tinta yang membentuk masa depanku.

Dan aku ingin menulisnya dengan lebih hati-hati, lebih sadar, lebih manusiawi. Karena mungkin, di balik setiap keputusan sederhana, sedang tersembunyi efek kupu-kupu yang pelan-pelan menciptakan badai baik di hidupku nanti.

Bagikan artikel ini