Back to Writing
Cryptocurrency

Apa itu Web3 ?

Dany Akmallun Ni'am
Dany Akmallun Ni'ammas mas jawa
Apa itu Web3 ?

Mengenal Web3: Lebih dari Sekadar Internet Biasa?

Kita semua kenal internet. Dari baca berita, main media sosial, sampai belanja online, semuanya jadi bagian hidup kita. Tapi, pernahkah kamu berpikir siapa yang sebenarnya mengontrol semua data dan interaksi kita di dunia maya? Nah, di sinilah konsep Web3 muncul sebagai sebuah gagasan baru yang katanya bakal mengubah semua itu.

Dari Web1 ke Web2: Sebuah Kilas Balik Singkat

Biar paham Web3, kita perlu tahu dulu pendahulunya. Ibaratnya evolusi, nih:

  • Web1 (Read-Only Era, ~1990-2004): Anggap ini internet versi "baca saja". Kita cuma bisa konsumsi konten dari situs web statis. Interaksi hampir tidak ada. Mirip seperti baca koran versi digital.
  • Web2 (Read-Write Era, ~2004-Sekarang): Inilah internet yang kita pakai sekarang. Kita bisa berinteraksi, bikin konten, komentar, dan jadi bagian dari platform seperti Instagram, Twitter, dan TikTok. Masalahnya? Semua data dan konten kita terpusat dan dikontrol oleh perusahaan raksasa tersebut.

Jadi, Apa Sebenarnya Web3 Itu?

Web3 adalah visi untuk fase internet berikutnya yang dibangun di atas prinsip desentralisasi. Artinya, tidak ada satu pihak pun (perusahaan atau pemerintah) yang punya kendali mutlak. Kekuatan dikembalikan lagi kepada pengguna.

Gimana caranya? Dengan teknologi yang namanya blockchain.

Pilar Utama Web3

  1. Desentralisasi: Tidak ada server pusat. Data didistribusikan ke ribuan komputer (disebut nodes) di seluruh dunia. Jadi, lebih sulit untuk disensor atau dimatikan.
  2. Berbasis Blockchain: Semua transaksi dan data dicatat dalam sebuah "buku besar digital" yang transparan, aman, dan tidak bisa diubah (immutable). Ethereum adalah salah satu blockchain paling populer yang menjadi fondasi banyak aplikasi Web3.
  3. Kepemilikan Pengguna: Di Web3, kamu benar-benar memiliki aset digitalmu, entah itu dalam bentuk mata uang kripto atau aset unik seperti NFT (Non-Fungible Token). Identitas digitalmu tidak lagi terikat pada akun Google atau Facebook, melainkan pada dompet digitalmu (crypto wallet).

"Web3 adalah visi alternatif dari Web, di mana layanan yang kita gunakan tidak di-host oleh satu perusahaan penyedia layanan, melainkan sesuatu yang sifatnya murni algoritmik." — Gavin Wood (Co-creator Ethereum & Pencetus Istilah Web3)

Komponen Ekosistem Web3

  • dApps (Decentralized Apps): Aplikasi yang berjalan di atas blockchain. Fungsinya bisa seperti aplikasi biasa, tapi tidak ada yang mengontrolnya secara terpusat.
  • DeFi (Decentralized Finance): Sistem keuangan terbuka. Kamu bisa pinjam-meminjam, menabung, atau berinvestasi tanpa perlu perantara seperti bank.
  • DAO (Decentralized Autonomous Organization): Organisasi yang dijalankan oleh kode dan keputusan komunitas melalui voting, bukan oleh struktur manajemen hierarkis.

Tantangan dan Potensi di Depan Mata

Tentu saja, Web3 ini bukan tanpa tantangan. Isu seperti skalabilitas (jaringan kadang lambat), user experience (masih agak ribet untuk pemula), dan regulasi yang belum jelas jadi PR besar.

Namun, potensinya juga luar biasa. Web3 membuka peluang untuk ekonomi kreator yang lebih adil, sistem keuangan yang lebih inklusif, dan internet yang lebih demokratis.

Kesimpulan

Web3 pada dasarnya adalah sebuah pergeseran paradigma—dari internet yang dikuasai korporasi ke internet yang dimiliki oleh komunitas penggunanya. Perjalanannya memang masih panjang dan penuh tanda tanya. Tapi sebagai mahasiswa dan pengguna teknologi, memahami konsep ini penting agar kita tidak ketinggalan gerbong evolusi internet berikutnya.

Bagikan artikel ini